Dari Gereja Katedral Medan, kami berjalan kaki menuju ke Tjong A Fie Mansion, yang berjarak hanya beberapa puluh meter saja. Tjong A Fie Mansion membawa kita kembali
bernostalgia ke era Baba Nonya lengkap dengan sejarah dan
tradisinya. Di museum dan bangunan cagar budaya nasional seluas 6000m2
yang berumur lebih dari seabad ini, kita dapat menikmati keindahan
arsitektur Cina kuno yang digabungkan dengan nuansa arsitektur gaya
Eropa dan Melayu. Dibangun oleh seorang mayor Cina yang melegenda, Tjong
A Fie. Rumah kediaman ini kini menjadi salah satu ikon dan simbol
sejarah multi etnis di kota Medan. Bangunan ini terletak di jalan Ahmad Yani (dulu Kesawan) no 105. Medan.
|
Tjong A Fie Mansion pada th 1930 |
|
|
|
| |
Tjong A Fie Mansion kini |
|
|
|
|
Tjong Fung Nam/ Tjong A
Fie yang merupakan suku hakka, lahir tahun 1860 di Sungkow, Meixien, China. Berasal dari keluarga sederhana,
ayahnya memiliki sebuah toko kelontong. Bersama kakaknya
Tjong Yong Hian, A Fie muda meninggalkan bangku sekolah dan
membantu di toko. Walau hanya mendapat pendidikan
seadanya, A Fie sangat cerdas dan dalam waktu
singkat dapat menguasai kiat dagang dan usaha yang
dikelolanya mendapat kemajuan. Tapi, A Fie mempunyai cita-cita ingin mengadu nasib di rantau untuk mencari
kekayaan dan menjadi terpandang. Tekad inilah yang mendorongnya pergi ke Hindia Belanda.
|
Ibunda Tjong A Fie |
|
Ayahanda Tjong A Fie |
Pada usia 18 tahun dengan berbekal 10 dolar perak uang Manchu yang
diikatkan ke ikat pinggangnya, A Fie menyusul kakaknya Yong Hian yang sudah lima tahun
menetap di Sumatera. Pada tahun 1880, ia tiba di Labuhan Deli. A Fie kemudian diminta
Belanda untuk membantu mengatasi berbagai permasalahan. Ia kemudian
diangkat menjadi Letnan Cina dan pindah ke Medan. Karena prestasinya yang luar biasa,
dalam waktu singkat pangkatnya dinaikkan manjadi kapten (kapitein).
|
Tjong A Fie dalam busana kebesarannya |
Di Medan, A Fie mempunyai pergaulan yang luas dan terkenal
sebagai pedagang yang luwes dan dermawan. Ia kemudian membina hubungan
yang baik dengan Sultan Deli, Makmoen Al Rasjid Perkasa Alamsjah dan
Tuanku Raja Moeda. A Fie berhasil menjadi orang kepercayaan Sultan
Deli. Ia
memperolah reputasi baik dan terkenal di seluruh Deli, baik di kalangan pedagang, orang Eropa serta pejabat pemerintah
setempat. Hubungan yang baik dengan Sultan Deli, yang kemudian merekomendasikan dirinya menjadi dewan kota dan kebudayaan, serta penasehat pemerintah Belanda dalam hubungan dgn China pd jaman itu, merupakan awal sukses A Fie dalam dunia bisnisnya yang mencakup perkebunan tembakau, teh, karet, dan kelapa sawit, pertambangan, bank, pabrik gula dan perusahaan kereta api.
|
Sultan Deli yang bersahabat baik dengannya. |
Tjong A Fie juga merupakan tokoh pembangunan di Sumatera Utara. Sepanjang
hidupnya selama di Medan telah banyak menyumbangkan hartanya untuk
kepentingan sosial dengan membangun sarana-sarana untuk kepentingan umum
dan menolong orang miskin tanpa membedakan warna kulit, suku dan
agamanya. Kedermawanan dan kepedulian sosial yang masih terlihat hingga
saat ini adalah Titi Berlian (jembatan di kampung Madras) yang dibangun
untuk menghormati abangnya Tjong Yong Hian sekaligus untuk kepentingan
masyarakat luas, membangun klenteng, menyediakan
tempat pemakaman di Pulo Brayan dan mendirikan yayasan kematian. Ia juga membangun rumah sakit khusus
untuk merawat pasien berpenyakit lepra di Pulau Sicanang dan RS Tionghoa pertama di Medan dgn nama Tjie On Jie Jan. Rasa
hormatnya kepada Sultan Deli, Makmun Al Rasjid dan penduduk Islam Medan,
diwujudkan dengan mendirikan Mesjid Raya Medan dengan menyumbang
sepertiga dari seluruh biaya pembangunannya. Beliau juga membiayai pembangunan mesjid Gang Bengkok. yang tak jauh dari kediamannya di Jalan Kesawan. Banyak sekolah yang mendapat bantuannya, baik sekolah
Kristen, Islam maupun sekolah Tionghoa. Ia juga menyediakan tanah untuk
pembangunan sekolah Methodist di Medan. Beliau juga menyumbang dalam pembangunan kuil Hindu tempat beribadah orang India. Jam besar di puncak gedung Balai Kota yang
lama juga merupakan sumbangannya. Di Klenteng Kek Lok Si di Ayer Itam, Penang
sampai sekarang masih berdiri patung Tjong A Fie sebagai penghormatan pada dirinya. Ia ikut serta mendirikan Bank Deli, Bank Batavia, dan bank Kesawan.
|
Silsilah Keluarga Tjong A Fie |
Ketika masih berada di Tiongkok, Tjong A Fie telah menikahi seorang gadis
yang bermarga Lie karena perjodohan.
Saat tiba di Deli ia menikah dengan Nona Chew yang berasal dari Penang
dan memilki tiga orang anak, yakni Tjong Kong Liong, Tjong Song-Jin dan Tjong Kwei-Jin.
Saat istri keduanya meninggal dunia, ia menikah dengan Lim Koei Yap, yang kemudian memiliki tujuh orang anak, yakni
Tjong Foek-Yin (Queeny), Tjong Fa-Liong, Tjong Khian-Liong, Tjong Kaet
Liong (Munchung), Tjong Lie Liong (Kocik), Tjong See Yin (Noni) dan
Tjong Tsoeng-Liong (Adek).
|
Keluarga besar Tjong A Fie pada saat ultah Tjong ke 60 |
|
Tjong bersama anak2nya saat masih kecil |
Tahun 1917 Tjong A Fie menerima gelar Doktor Kehormatan (H.C)
dari Universitas Hongkong. Ia juga menerima banyak
bintang jasa dari pemerintah Belanda, salah satunya yg sangat tinggi nilainya ialah
" Rider van de Oranye Nassau ". Selain itu juga menerima bintang kehormatan dari Kaisar dan
pemerintah Tiongkok waktu itu. Pengaruh Tjong A Fie tidak hanya di Medan saja, namun juga di luar negeri seperti Penang, Singapura, Hong
Kong, Tiongkok dan bahkan Amsterdam. Di Amsterdam, dia menjadi salah
seorang pendiri Institut Kolonial yang kini bernama Institut Tropis
Kerajaan (Koninklijk Instituut voor de Tropen).
|
Tjong A Fie dengan medali penghargaannya |
Pada 4 Februari 1921, Tjong A Fie meninggal dunia karena
apopleksia atau pendarahan otak, di kediamannya di Jalan Kesawan, Medan.
Seluruh kota Medan gempar dan turut berkabung, ribuan orang pelayat
datang berduyun-duyun bukan saja dari kota Medan, tetapi dari berbagai
kota di Sumatera Timur, Aceh, Padang, Penang, Malaysia, Singapura dan
Pulau Jawa. Upacara pemakamannya berlangsung dengan megah dan penuh kebesaran
sesuai dengan tradisi dan kedudukannya pada masa itu. Karena
kedermawanannya, tanpa membeda-bedakan bangsa, ras, agama dan asal-usul,
Tjong A Fie telah menjadi legenda dan namanya dikenang oleh penduduk
kota Medan dan sekitarnya.
|
Tandu yang mengangkat peti jenazah Tjong |
|
Tandu jenazah yang sudah siap berangkat |
|
Iring2an prosesi menuju ke tempat pemakaman |
|
Lautan manusia yang menghantar Tjong |
|
Lautan manusia yang menghantar Tjong |
|
Iring2an prosesi menuju ke tempat pemakaman |
|
Iring2an prosesi menuju ke tempat pemakaman |
|
Suasana pemakaman Tjong di Pulo Brayan |
|
Peristirahatan terakhir Tjong A Fie |
Empat bulan sebelum meninggal dunia, Tjong A
Fie telah membuat surat wasiat di hadapan notaris Dirk Johan Facquin den
Grave. Isinya adalah mewariskan seluruh kekayaannya di Sumatera maupun
di luar Sumatera kepada Yayasan Toen Moek Tong yang harus didirikan di
Medan dan Sungkow pada saat ia meninggal dunia. Yayasan yang
berkedudukan di Medan diminta untuk melakukan lima hal. Tiga diantaranya
untuk memberikan bantuan keuangan kepada kaum muda yang berbakat dan
berkelakuan baik serta ingin menyelesaikan pendidikannya, tanpa
membedakan kebangsaan. Yayasan ini juga harus membantu mereka yang tidak
mampu bekerja dengan baik karena cacat tubuh, buta, atau menderita
penyakit berat. Juga yayasan diharapkan membantu para korban bencana
alam tanpa memandang kebangsaan atau etnisnya.
|
Wasiat Tjong A Fie |
150 tahun setelah kelahiran Tjong A Fie, tepatnya pada tanggal 18 Juni
2009 keturunan Tjong A Fie akhirnya memutuskan untuk membuka Tjong A Fie
Mansion untuk umum. Tjong A Fie Mansion kini dikelola oleh
Tjong A Fie Memorial Institute
sebagai usaha untuk melestarikan sejarah. Sampai hari ini Tjong A Fie
Mansion masih dihuni oleh keturunan Tjong A Fie, yaitu salah seorang cucunya.
Tentu saja karena itulah maka ada beberapa bagian dari Tjong A Fie
Mansion yang ditutup untuk umum.
|
No rumah |
|
Prasasti Tjong A Fie di halaman mansion |
|
Gapura Mansion sekarang |
|
Gapura Mansion dulu |
|
Halaman Muka Mansion |
|
Halaman Muka Mansion |
|
Pintu Utama Mansion |
|
Ruang Tengah |
|
Salah satu ruang penerima tamu |
|
Salah satu ruang penerima tamu |
|
Tengah rumah yang terbuka |
|
Tangga menuju lantai atas |
|
Kamar Tidur Tjong |
|
|
|
|
|
|
Ruang bersantai di lantai atas |
|
Ruang dansa di lantai atas |
|
Ruang dansa pada masa lalu penuh dengan perabot mewah |
|
Ruang dansa yang agak kosong |
|
Ruang dansa pada masa lalu penuh dengan perabot mewah |